Minggu, 14 Juni 2009

SISTEM PENGEBORAN


SISTEM PENGEBORAN

1.INTRODUKSIMinyak dan gas bumi (Migas)
atau disebut juga hidrokarbon dapat berupa :v Cairan misalnya, crude oil, solar, bensin dsb.v Gas misalnya , gas alamv Padatan misalnya asphal

1.1. Keunggulan Migas
1. Mempunyai nilai kalor tinggi
2. Dapat menghasilkan berbagai macam bahan bakar , misalnya:bensin,solar,kerosin, aftur, afgas, bbg, dsb.
3. Dapat menghasilkan berbagai macam minyak pelumas.
4. Sebagai bahan baku industri petrokimia.
5. Yang bersifat padat (aspal) dapat untuk pengerasan jalan.
1.2. Kegiatan Operasi Hulu.v Eksplorasiv Pengeboranv Eksploitasi / Produksi.
2. EKSPLORASI MIGASEksplorasi migas
Adalah kegiatan untuk mendapatkan perangkap migas atau cadangan baru minyak dan gas bumi.Pekerjaan eksplorasi melalui beberapa tahap;
1. Pendahuluan.
2. Pemetaan geologi (surface mapping).
3. Pemetaan bawah permukaan (sub surface mapping).4. Pengeboran.
2.1 Tahap Pendahuluan.
a. Pemotretan dari udaraDari hasil pemotretan dapat diperoleh data,~ interpretasi geologi~ bentuk batuan permukaan~ macam batuan.
b. TopografiUntuk mendapatkan penjelasan keadaan permukaan tanah.(Peta topografi)
Aspek K3PL :
1). Personal preventive equipment (PPE)
2). Perintisan jalan.
3). Penebangan semak
4). Gangguan binatang buas, nyamuk, lintah
5). Keadaan alam.
2.2 Pemetaan geologi (surface mapping)
Adalah memetakan bagian-bagian yang tersingkap di permukaan bumi, dan menentukan keadaan struktur dari lapisan. Petugas harus menyusuri tebing, sungai , hutan, rawa dan sebagainya.
Aspek K3PL
1). Personal Preventive Equipment (PPE).
2). Binatang buas.
3). Gigitan binatang kecil.
4). Keadaan alam.
2.3 Pemetaan Bawah Permukaan (Subsurface Mapping).
Pemetaan bawah permukaan , adalah membuat peta geologi dengan metode geofisik ( misalnya ;gravimetris, dan seismik).
1). Gravimetris.Penyelidikan dengan metode gravimetris ini berdasarkan variasi dari gaya gravitasi batuan , yaitu makin kedalam (dekat pusat bumi) massa suatu batuan akan bertambah besar.Dengan mengetahui variasi gravitasi diatas permukaan maka dapat diperkirakan struktur batuan dibawah permukaan bumi.
2). Seismik.Pemetaan ini berdasarkan gelombang getaran, yakni pengukuran getaran gempa bumi buatan yang bersumber dari bahan peledak atau detonator.Getaran ditangkap oleh geophone dan direkam oleh alat perekam (recorder).
Aspek K3PL :v Handling detonator (handak)v Efek getaranv PPE
2.4 Pengeboran Eksplorasi.
1). Pengeboran stratigrafi.Bertujuan untuk menentukan stratigrafi lapisan. Coringdilakuakan terus menerus.
2). Pengeboran struktur.Pengeboran struktur in bertujuan untuk menentukan batas bataslapisan dengan pasti.
3). Pengeboran wildcatPengeboran ini bertujuan mencari minyak.
4). Pengeboran semi eksplorasi.Bertujuan untuk menyelidiki lapisan minyak.
5). Pengeboran untuk mengetahui cadangan minyak.Untuk mengetahui cadangan atau sisa cadangan hidrokarbon.
Aspek K3PL adalah semburan liar (blowout) dan hal ini akan dibicarakanpada Bab. Pengeboran.
3. PENGEBORAN (DRILLING).
Pegeboran adalah membuat lubang sumur dengan tujuan untuk eksplorasi, eksploitasi /produksi atau pengembangan.Metode pengeboran yang populer dengan menggunakan sistem bor putar (rotary drilling) , dimana rangkaian pipa bor (drilling string) mulai dari bawah terdiri : pahat (bit), pipa pemberat (drill collar), pipa bor (drill pipe), dan kelly.
3.1 Sistem Sirkulasi .
Lumpur bor yang salah satu fungsinya mengangkat serbuk bor (cutting) dari dasar sumur kepermukaanselalu dilakukan sirkulasi dengan menggunakan pompa lumpur.Kalau tidak serbuk bor akan menumpuk didasar lubang dan dapat menyebabkan rangkaian pipa bor terjepit.Fungsi lumpur bor.
1. Mengangkat serbuk bor dari dasar lubang ke permukaan.
2. Menahan/melawan tekanan formasi.
3. Mendinginkan/melumasi pahat.
4. Mengurangi berat string.
5. Menahan serbuk bor sewaktu menyambung pipa bor.
6. Membentuk mud cake.
7. Sebagai tenaga penggerak pada turbo atau dyna drill.Mud additives.Adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam lumpur bor , untuk mendapatkan sifat-sifat lumpur yang dikehendaki. Misalnya; mengatur SG, mengatur viscositas, mengurangi/mencegah hilang lumpur dsb.Dengan demikian lumpur pemboran mengandung bahan kimia.
3.2 Pipa Selubung (Casing) dan Penyemenan.
Setelah kedalam lubang bor mencapai kedalaman tertentu, maka lubang sumur dipasang pipa selubung (casing) dan disemen.Fungsi pipa selubung dan semen.
1. Memperkuat dinding lubang.
2. Mencegah kontaminasi terhadap air tawar.
3. Mengisolir lapisan produktif dengan lapisan lain.
4. Mencegah semburan liar dari lapisan lain melalui anulus.
5. Semen mencegah tekanan dari luar terhadap casing dan mencegah korosi.3.3 Sistem Peralatan Angkat (Hoisting System)Sistem peralatan angkat (hoisting system) adalah peralatan yang digunakan untuk mengangkat dan menurunkan rangkaian pipa bor .Sistem alat angkat terdiri ; menara, draw work dan mesin penggerak, wire rope, crown block, dan traveling block. ( Gbr. 3.3 ).
3.4 Logging dan Perforasi.
Logging adalah satu pekerjaan dengan menggunakan alat log untuk mengetahui jenis dan sifat batuan serta kedalamannya. Dengan demikian dapat menentukan letak kedalaman lapisan yang mengandung minyak dengan tepat.Perforasi adalah pekerjaan pelubangan casing agar minyak dan gas dapat mengalir dari formasi batuan ke lubang sumur.
Aspek K3PL
1. Gunakan PPE.
2. Semburan liar (blowout)
a. Tanda-tanda kick.
b. Pencegahan semburan liar.
c. Teknik pencegahan.
d. Peralatan semburan liar (blowout preventer).
3. Bahan peledak perforator
4. Dampak lingkungan bila terjadi blow out.
a. Korban jiwa/cacat
b. Kerusakan peralatan.
c. Rugi waktud.
d.Terbakarnya hidrokarbon.
e. Rusaknya lingkungan akibat kebakaran.
f. Kemungkinan adanya gas beracung. Dsb.
5. Prosedur kerja yang salah.
6. Pengelolaan lumpur bor , limbah lumpur dan serbuk bor ( Per. Men. ESDM No.045 Th.2006)
4. TEKNIK PRODUKSI.
Cara untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke permukaanada beberapa metode sebagai berikut:
1. Sembur Alam (Natural flow).
2. Pengangkatan buatan (Artificial Lift)
4.1 Sembur Alam (Natural Flow).
Sumur dengan metode sembur alam ini minyak menyembur dengan sendirinya disebabkan tekanan reservoir masih cukup tinggi .Sedangkan tekanan sebagai tenaga dorong pada reservoir berasal dari : air, gas, tekanan batuan,maupun gas yang larut dalam minyak.
4.2 Pengangkatan Buatan.
Sumur dengan metode pengangkatan buatan ini (artificial lift method) minyak dapat mengalir ke permukaan karena ada tenaga tambahan dari luar untuk mengangkatnya.Sumur dengan metode pengangkatan buatan contohnya;
a. Sumur sembur buatan (Gas lift)
b. Pompa angguk (Sucker rod pump).
c. Pompa sentrifugal (Electrical submersible pump).
4.2.1 Sumur Sembur Buatan (Gas Lift).
Sumur dengan metode sembur buatan (gas lift) ini , untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke permukaan dengan bantuan gas injeksi. Gas diinjeksikan dari permukaan melalui anulus , kemudian masuk ke tubing melalui katup yang dipasang pada tubing. Gas kemudian bercampur dengan minyak sehingga SG nya menjadi kecil (ringan) dan minyak dapat menyembur ke permukaan.
4.2.2 Pompa Angguk (Sucker rod pump).
Sumur dengan pompa angguk ini untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke permukaan dengan memasang pompa plunger yang dipasang di dalam sumur. Plunger dihubungkan dengan batang isap (sucker rod) ke permukaan yang digerakkan oleh pumping unit yang menggunakan tenaga penggerak dari motor .Peralatan dibawah permukaan (subsurface equipment) terdiri;Ø PompaØ Sucker rod stringØ Pipa TubingPeralatan diatas permukaan atau Pumping unit terdiri ;Ø Motor penggerak (prime mover)Ø Gear reducer , untuk menurunkan putaran tinggi ke putaran rendah sesuai spm (stroke per menit) pompa.Ø Beam pumping , sebagai pengubah gerakan putar menjadi gerak naik turun.Ø Well head
4.2.3 Pompa Sentrifugal (Electrical Submersible Pump)
Untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke permukaan menggunakan pompa sentrifugal yang digerakkan oleh motor listrik dalam sumur.Peralatan dibawah permukaan terdiri ;Ø Motor listrikØ Kabel listrikØ ProtectorØ IntakeØ Pompa sentrifugalØ Pipa TubingPeralatan dipermukaan terdiri;Ø Well headØ Kabel listrikØ Junction boxØ Switch boardØ Transformator
Aspek K3PL:1. Kebocoran minyak atu gas yang menyebabkan polusi atau kebakaran , tau keracunan gas.2. Proteksi terhadap; tekanan tinggi, listrik tegangan tinggi, dan mesin yang bergerak.
5.PENGOLAHAN MINYAK DAN GAS DILAPANGAN
5.1 Fluida Sumur.
Fluida yang keluar dari sumur minyak pada umumnya terdiri ;
1. Minyak (crude oil)
2. Air
3. Gas
4. PadatanTujuan pengolahan , untuk memisahkan komponen-komponen untuk mendapatkan;· Minyak kering· Gas kering· Air bebas polusi.
5.2 Separator Minyak Dan GasSeparator minyak dan gas
Adalah salah satu dari komponen proses yang fungsinya untuk memisahkan minyak dengan gas (separator dua fasa), atau memisahkan gas, minyak, dan air (separator tiga fasa).
5.3 Heater Treater
Adalah suatu komponen proses yang fungsinya untuk memisahkan minyak dengan air yang berupa emulsi dengan cara pemanasan.
5.4 Kompresor.
Kompresor adalah suatu komponen proses yang berfungsi untuk menaikkan tekanan gas
5.5 Gas ScubberGas scrubber
Adalah suatu komponen proses yang fungsinya untuk memisahkan cairan yang mesih terikut gas
5.6 Gas DehydratorGas dehydrator
Adalah suatu komponen proses yang berfungsi untuk menyerap air yang terdapat pada gas.
Aspek K3PL;
1. Setiap saat dapat terjadi musibah (kebakaran , kecelakaan dsb), akibat tekanan, temperatur, bahan mudah terbakar, bahan/gas beracun dan lain-lain.
2. PPE
3. Safety devices (Level control, pressure control, temperature control, flow control, PSV, PSE, gas detector dsb.)
4. Flare, vent.
5. Pembuangan air limbah.

Penyisihan HÌS Pada Limbah Gas Dengan Menggunakan Biofilter


Penyisihan HÌS Pada Limbah Gas Dengan Menggunakan Biofilter:

Salah satu limbah gas yang dihasilkan dari industri karet remah adalah gas HÌS. Limbah gas HÌS yang dihasilkan dapat mencapai konsentrasi 12 ppm, melebihi ambang batas yang diperbolehkan (10 ppb). Gas HÌS mcmiliki bau yang menyengat dan sangat beracun bila terhirup oleh saluran pernafasan. Pada percobaan ini dilakukan penyisihan gas HÌS menggunakan biofilter. Biofilter dipilih karena bersifat ekonomis, mudah dioperasikan, dan memiliki efisiensi penyisihan limbah gas yang cukup tinggi. Percobaan yang dilakukan meliputi percobaan batch dan percobaan kontinu menggunakan biofilter dengan tujuan untuk mcngetahui pertumbuhan mikroorganisme pada percobaan batch serta mengetahui efisiensi penyisihan gas HÌS, kinetika degradasi mikrobial, dan pemodelan unjuk kerja biofilter pada percobaan kontinu.

Kedua percobaan dilakukan pada temperatur dan tekanan ruang. Percobaan kontinu dilakukan dengan dua jenis media filter, yaitu media serabut sawit dan media campuran tempurung sawit dengan limbah padat karet. Variabel lain yang divariasikan adalah ketinggian media filter sebesar 5, 15, dan 25 cm serta konsentrasi umpan gas HÌS scbcsar 37.5, 50, dm 112.5 ppmv. Sedangkan pada percobaan batch. variabel yang divariasikan adalah jenis mikroba yang diambil dari kedua jenis biofiltcr serta konsentrasi sulfur dalam medium berupa Na-tiosulfat sebesar 0.25, 5, dan 10 g/L.

Dari percobaan batch diperoleh pertumhuhan mikroba paling cepat terjadi pada medium dengan konscntrasi Na-tiosulfat 5 g/L. Perolehan biomassa mikroorganisme dari media serabut sawit untuk konsentrasi Na-tiosulfat sebesar 0.25, 5, dan 10 g/L, masing-masing adalah 0.3692, 20.9644, dan 11.2611 mg sel/g Na-tiosulfat. Sedangkan perolehan biomassa mikroorganisme dari campuran media tempurung sawit dan limbah padat karet adalah 0.8193, 15.4799, dan 10.6157 g sel/g Na-tiosulfat. Dari percobaan kontinu diperoleh efisieni penyisihan gas HÌSmcncapai 99.5% dengan waktu aklimasi 48 jam. Parameter kinetik penyisihan gas HÌS yang diperoleh adalah Km sebesar 30.10 - 232.66 ppmv untuk media serabut sawit dan 14.90-181.8l ppmv untuk media campuran tempurung sawit dan limbah padat karet. Sedangkan Vmax yang diperoleh adalah 7.56-25.19 g HÌS/mà jam untuk media serabut sawit; dan 5.47-32.89 g HÌS/mà jam untuk media campuran tcmpurung sawit dan limbah padat karet dengan kapasitas eliminasimasing-masing scbesar 3.86-3.89 g HÌS/mà jam dan 3.87-4.13 g HÌS/mà jam. Dari percobaan juga diperoleh hasil bahwa kinetika penyisihan gas HÌS mcnggunakan biofilter mengikuti orde satu. Dari hail percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa biofiltrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyisihkan limbah gas HÌS di udara

Teknologi Pengolahan Limbah Gas


Teknologi Pengolahan Limbah Gas


Industri selalu dikaitkan sebagai sumber pencemar karena aktivitas industri merupakan kegiatan yang sangat tampak dalam pembebasan berbagai senyawa kimia ke lingkungan. Teman-teman sering melihat asap tebal membubung keluar dari cerobong pabrik? Ya, asap tebal tersebut merupakan limbah gas yang dikeluarkan pabrik ke lingkungan. Bagaimanakah teknologi pengolahan limbah gas tersebut sebelum akhirnya dibuang ke lingkungan bebas?

Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi gas tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber alami (seperti gunung api) serta juga gas yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources). Senyawa pencemar udara itu sendiri digolongkan menjadi (a) senyawa pencemar primer, dan (b) senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber sedangkan senyawa pencemar sekunder ialah senyawa pencemar yang baru terbentuk akibat antar-aksi dua atau lebih senyawa primer selama berada di atmosfer. Dari sekian banyak senyawa pencemar yang ada, lima senyawa yang paling sering dikaitkan dengan pencemaran udara ialah: karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu).

Definisi dari pencemaran udara itu sendiri ialah peristiwa pemasukan dan/atau penambahan senyawa, bahan, atau energi ke dalam lingkungan udara akibar kegiatan alam dan manusia sehingga temperatur dan karakteristik udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pemanfaatan yang paling baik. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa nilai lingkungan udara tersebut telah menurun. 

Pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan dari 6 (enam) sumber utama, yaitu:
1. pengangkutan dan transportasi
2. kegiatan rumah tangga
3. pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar fosil
4. pembakaran sampah
5. pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan
6. pembakaran bahan bakar dan emisi proses

Suatu penelitian dari Ross [1972] menyatakan bahwa pengangkutan merupakan sumber yang memberikan iuran terbesar dalam emisi pencemar per tahun dan hal ini terus meningkat karena adanya penambahan kendaraan dalam lalu lintas di jalan raya pada lima tahun terakhir. Di Amerika Serikat, industri memberikan bagian yang relatif kecil pada pencemaran atmosferik jika dibandingkan dengan pengangkutan. Namun, karena kegiatan industri merupakan aktivitas yang mudah diamati dan merupakan golongan sumber pencemaran titik (point source of pollution), masyarakat pada umumnya lebih menganggap industri sebagai sumber utama polutan yang menyebabkan udara tercemar. Belum lagi dengan limbah padat dan limbah cair industri yang semakin memperparah image negatif industri di masyarakat.


Pengendalian Pencemaran

Pengendalian pencemaran akan membawa dampak positif bagi lingkungan karena hal tersebut akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik, kenyamanan hidup lingkungan sekitar yang lebih tinggi, resiko yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah, dan yang paling penting ialah kerusakan lingkungan yang rendah. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam pengendalian pencemaran ialah karakteristik dari pencemar dan hal tersebut bergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke lingkungan, kondisi geografik sumber pencemar, dan kondisi meteorologis lingkungan.

Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar.

Alat-alat pemisah debu bertujuan untuk memisahkan debu dari alirah gas buang. Debu dapat ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda. Maka dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir pengolahan dan juga aspek ekonomis. Secara umum alat pemisah debu dapat diklasifikasikan menurut prinsip kerjanya:


Pemisah Brown

Alat pemisah debu yang bekerja dengan prinsip ini menerapkan prinsip gerak partikel menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01 – 0,05 mikron. Alat yang dipatenkan dibentuk oleh susunan filamen gelas denga jarak antar filamen yang lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata partikel.

Penapisan

Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu hingga 0,1 mikron. Susunan penapis ini dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik. 
 

Pengendap elektrostatik


Electrostatic Precipitator

Alat ini mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya debu yang kering dengan ukuran rentang 0,2 – 0,5 mikron. Secara teoritik seharusnya partikel yang terkumpulkan tidak memiliki batas minimum. 

Pengumpul sentrifugal

Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan pada gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh bentuk saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas berputar (vortex) sehingga debu akan menempel di dinding serta terkumpul pada dasar alat. Alat yang menggunakan prinsip ini digunakan untuk pemisahan partikel dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron lebih. 

Pemisah inersia

Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel dalam aliran gas. Pemisah ini menggunakan susunan penyekat sehingga partikel akan bertumbukan dengan penyekat dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas. Alat yang bekerja berdasarkan prinsip inersia ini bekerja dengan baik untuk partikel yang berukuran hingga 5 mikron. 
Pengendapan dengan gravitasi
Alat yang bekerja dengan prinsip ini memanfaatkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan yang dialami oleh partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran yang lebih besar dari 40 mikron dan tidak digunakan sebagi pemisah debu tingkat akhir. 

Di industri, terdapat juga beberapa alat yang dapat memisahkan debu dan gas secara bersamaan (simultan). Alat-alat tersebut memanfaatkan sifat-sifat fisik debu sekaligus sifat gas yang dapat terlarut dalam cairan. Beberapa metoda umum yang dapat digunakan untuk pemisahan secara simultan ialah:
 

Irrigated Cyclone Scrubber

Menara percik

                                       

Prinsip kerja menara percik ialah mengkontakkan aliran gas yang berkecepatan rendah dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk butiran. Alat ini merupakan alat yang relatif sederhana dengan kemampuan penghilangan sedang (moderate). Menara percik mampu mengurangi kandungan debu dengan rentang ukuran diameter 10-20 mikron dan gas yang larut dalam air.

Siklon basah

Modifikasi dari siklon ini dapat menangani gas yang berputar lewat percikan air. Butiran air yang mendandung partikel dan gas yang terlarut akan dipisahkan dengan aliran gas utama atas dasar gaya sentrifugal. Slurry dikumpulkan di bagian bawah siklon. Siklon jenis ini lebih baik daripada menara percik. Rentang ukuran debu yang dapat dipisahkan ialah antara 3 – 5 mikron.

Pemisah venturi

Metode pemisahan venturi didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi pada bagian yang disempitkan dan kemudan gas akan bersentuhan dengan butir air yang dimasukkan di daerah sempit tersebut. Alat ini dapat memisahakan partikel hingga ukuran 0,1 mikron dan gas yang larut di dalam air.

Tumbukan orifice plate

Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini membentur lapisan air hingga membentuk percikan air. Percikan ini akan bertumbukkan dengan penyekat dan air akan menyerap gas serta mengikat debu. Ukuran partikel paling kecil yang dapat diserap ialah 1 mikron.

Menara dengan packing

Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara mengkontakkan cairan dan gas di antara packing. Aliran gas dan cairan dapat mengalir secara co-current, counter-current, ataupun cross-current. Ukuran debu yang dapat diserap ialah debu yang berdiameter lebih dari 10 mikron.

Pencuci dengan pengintian

Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel yang dapat ditangani ialah partikel yang berdiameter hingga 0,01 mikron serta dikumpulkan pada permnukaan filamen.

Pembentur turbulen

Pembentur turben pada dasarnya ialah penyerapan partikel dengan cara mengalirkan aliran gas lewat cairan yang berisi bola-bola pejal. Partikel dapat dipisahan dari aliran gas karena bertumbukkan dengan bola-bola tersebut. Efisiensi penyerapan gas bergantung pada jumlah tahap yang digunakan.

Pemilihan Teknologi


Teknologi pengendalian harus dikaji secara seksama agar penggunaan alat tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teknologi pengendalian dan rancangan sistemnya ialah:
watak gas buang atau efluen
tingkat pengurangan limbah yang dibutuhkan
teknologi komponen alat pengendalian pencemaran
kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomi

Industri-industri di Indonesia terutama industri milik negara telah menerapakan sistem pengendalian pencemaran udara dan sistem ini terutama dikaitkan dengan proses produksi serta penanggulangan pencemaran debu.

Acuan Akhir Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah B3Acuan Akhir Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah B3

Acuan Akhir Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah B3

Saat ini standar atau baku mutu pengolahan lahan terkontaminasi yang sudah dimiliki Kementerian Negara Lingkungan Hidup adalah KepMen LH No 128 Tahun 2003 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengolahan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis, namun belum ada baku mutu untuk pengelolaan tanah terkontaminasi limbah B3 dari kontaminan senyawa lainnya.



1. Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak Bumi



Salah satu cara pengolahan limbah minyak dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi adalah pengolahan secara biologis yang meliputi landfarming, biopile dan composting. Tata cara dan persyaratan teknisnya telah diatur dalam Kepmen LH No 128 tahun 2003. Limbah yang akan diolah dengan metode biologis harus dianalisa terlebih dulu kandungan minyak dan/atau Total Petroleum Hydrocarbon (TPH), total logam berat dan TCLP logam berat. Konsentrasi maksimum TPH awal sebelum proses pengolahan biologis adalah tidak lebih dari 15%. Sedangkan nilai akhir hasil akhir pengolahannya adalah TPH 10.000 mg/Kg. Persyaratan lainnya tertuang dalam Kepmen LH No 128 tahun 2003.



2. Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah dari Kontaminan Senyawa Lainnya



Kualitas tanah yang sangat bervariasi serta beragamnya jenis limbah industri menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan standar atau baku mutu tanah terkontaminasi limbah B3. Keberadaan reference ataupun acuan sangat diperlukan dalam penanganan lahan terkontaminasi limbah B3. Mengingat saat ini baku mutu tanah terkontaminasi yang sudah dimiliki adalah baku mutu untuk tanah terkontaminasi limbah minyak bumi dan belum ada untuk baku mutu tanah terkontaminasi akibat limbah kontaminan lainnya, maka acuan yang dipakai sebagai pengganti baku mutu tanah terkontaminasi akibat limbah lainnya adalah kriteria tanah yang mengacu pada pengambilan Titik Reference/Background dan Study Risk Base Screening Level (RBSL).



2.1 Baku Mutu



Pada saat ini pemerintah belum memiliki standar atau baku mutu untuk pengelolaan tanah terkontaminasi limbah B3 dari kegiatan lainnya. Baku mutu pengelolaan limbah B3 yang sudah ada saat ini adalah Baku mutu total kadar maximum limbah B3 dan Toxicity Charateristic Leaching Procedure (TCLP) yang ada di Kepdal No. 04/09/1995 tentang tatacara persyaratan penimbunan hasil pegolahan, persyaratan lokasi bekas pengolahan dan lokasi bekas penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun tidak dapat secara otomatis/langsung dijadikan acuan sebagai pengganti baku mutu untuk tanah terkontaminasi limbah B3. Baku mutu Total Kadar Maximum Limbah B3 dan TCLP yang ada dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No 04 /09/1995 ini tidak bisa mewakili nilai bebas terkontamisi limbah B3. Total kadar maximum limbah B3 adalah baku mutu untuk menentukan apakah suatu limbah B3 termasuk kategori landfill kelas I, II,atau III, sedangkan Uji TCLP adalah uji untuk mengukur kadar/konsentrasi parameter dalam lindi dari limbah B3 dan menunjukkan angka layak tidaknya limbah untuk dilandfil.

Dalam penanganan lahan terkontaminasi limbah B3 dari industri, Baku mutu dalam Kepdal No. 04/09/1995 ini hanya digunakan untuk menangani kasus kasus tertentu seperti pengangkatan (clean up) bunker limbah B3 dari bekas painting sludge dari kegiatan industri otomotif.



2.2 Titik Reference



Metode berdasar titik reference ini biasanya digunakan apabila belum memiliki standar atau Baku Mutu lahan terkontaminasi. Metoda pengambilan titik reference ini sangat sederhana yaitu membandingkan tanah sekitar yang belum tercemar untuk dijadikan acuan akhir (reference) penanganan lahan terkontaminasi. Kriteria unsur yang perlu dianalisa dari titik reference ini disesuaikan dengan kemungkinan jenis unsur atau senyawa kontaminan utamanya.



Hasil pengukuran karakteristik tanah yang dijadikan sebagai reference (acuan) atau pembanding dalam penanganan lahan terkontaminasi dapat menunjukan karaktristik tanah yang cukup bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Beberapa kasus penanganan lahan terkontaminasi yang menggunakan titik reference sebagai acuan akhir dalam pengananan lahan terkontaminasinya adalah pengangkatan tanah terkontaminasi residu limbah industri di Bekasi dan sludge oil di unit pengolahan minyak di Balikpapan.



Tabel dibawah ini adalah beberapa karakteristik tanah reference di beberapa contoh kasus penanganan yang dijadikan sebagai acuan akhir dalam penanganan lahan terkontaminasi limbah B3.



Total Kadar Maximum Tanah Reference di Bekasi
Kedalaman Tanah
0 cm

(mg/dry Kg)
30 cm

(mg/dry Kg)
60 cm

(mg/dry Kg)

As

Pb

Hg

Ni

Zn
3.6

29

0.15

8

125
3.2

22

0.27

13

79.2
3.9

26

2.16

6

28.4




TCLP Tanah Reference di unit pengolahan minyak di Balikpapan
Kedalaman Tanah
0 cm

(mg/L)
40 cm

(mg/L)
80 cm

(mg/L)

As

Ba

B

Cd

Cr

Cu

Pb

Hg

Ag

Zn
0.005

0.010

0.706

0.005

0.030

0.005

0.166

0.001

0.030

1.808
0.005

0.010

0.577

0.005

0.030

0.009

0.174

0.001

0.030

1.696
0.005

0.010

0.577

0.005

0.030

0.013

0.003

0.001

0.030

1.879




2.3 Studi Risk Base Screening Level (RBSL)



Studi RBSL ini biasanya digunakan untuk kasus tertentu apabila acuan yang ada seperti baku mutu ataupun titik reference tidak bisa dicapai sehingga dalam penanganan lahannya disepakati untuk mengacu kepada standar lain yang ada dinegara lain yang paling mendekati kondisi lokasi terjadinya lahan terkontaminasi. Studi RBSL yang di adopsi dan sudah dipakai KLH adalah studi RBSL yang dikeluarkan oleh USEPA Region IX.



Contoh kasus penanganan lahan terkontaminasi yang menggunakan studi RBSL adalah pengananan lahan terkontaminasi limbah bekas baterai di Bogor. Dalam kasus penanganan limbah bekas baterai ini, unsur limbah yang menjadi prioritas utama adalah unsur Cd dan Zn. Mengingat kedua unsur limbah tersebut yang menjadi prioritas utama maka USEPA Region IX dipilih sebagai region yang lebih sesuai dengan kondisi tanah di Indonesia.



Total Kadar Maximum Hasil Studi RBSL USEPA Region IX
Karakteristik
Konsentrasi

(mg/Kg)

Cd

Zn
37

23000

SEKILAS TENTANG MINYAK PELUMAS

SEKILAS TENTANG MINYAK PELUMAS

Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau 
disisipan diantara dua permukaan yang bergerak secara relatif agar 
dapat mengurangi gesekan antar permukaan tersebut. Tidak diketahui 
dengan pasti kapan Pelumas mulai digunakan, namun bermacam bentuk 
bearing telah ditemukan di Timur Tengah beberapa ribu tahun sebelum 
masehi. Konsep pelumas sudah mulai sejak itu walaupun hanya menggunakan 
air. Pelumas modern pada saat ini sudah sangat khusus dan kompleks. 
Minyak dasar dari minyak bumi secara konvensional sudah tidak dapat 
lagi memenuhi kebutuhan peralatan-peralatan modern, khususnya untuk 
pemakaian pada temperature tinggi, serta penambahan bahan sintetis atau 
bahan dasar minyak bumi yang sudah diproses sekarang ini sudah cukup 
banyak digunakan pada kendaraan penumpang. Di waktu yang akan datang, 
kebanyakan minyak dasar harus digunakan hampir secara keseluruhan 
dengan minyak dasar sintetis atau minyak dasar dari minyak bumi dengan 
cara pemrosesan baru. 
Fungsi Minyak Pelumas. 
Fungsi-fungsi dasar pelumas tentu saja adalah mengurangi gesekan 
dan mencegah wear. Dalam realitanya, pelumas harus juga dapat memenuhi 
faktor lainnya yang juga vital dalam pengoperasian peralatan. 
Mercedes-Benz sebagai manufaktur otomobil dan engine telah membuat 
list, lebih dari 40 sifat-sifat yang diperlukan agar dapat memenuhi 
persyaratan sebagai engine oil. Minyak pelumas yang khusus seperti 
minyak hidrolik dan minyak transmisi juga mempunyai persyaratan lainnya 
yang harus dipertimbangkan, sedangkan produk padatan atau semi-padatan 
seperti gemuk juga mempunyai persyaratan khusus dan diukur dengan cara 
yang lain pula. Sifat-sifat pelumas yang diharapkan yaitu dapat 
menimbulkan aspek positif (seperti mencegah wear dll.) sedangkan sifat 
yang tidak diharapkan yaitu menimbulkan aspek negatif (seperti minyak 
menyebabkan bagian-bagian engine terkorosi dll.). Sifat-sifat positif 
pelumas secara praktis untuk pelumasan kendaraan adalah sebagai 
berikut: 
Mengurangi gesekan - Dengan mengurangi gesekan berarti akan mengurangi 
juga energy dan juga mengurangi pemanasan lokal. 
Mengurangi wear - Adalah suatu kebutuhan menjaga peralatan agar tetap 
bisa beroperasi untuk periode yang lama dan bekerja secara efisien. 
Pendingin - Di dalam engine, pelumas juga berfungsi sebagai zat penukar 
panas antara bagian-bagian yang terpanasi akibat pembakaran (misal: 
piston) dan sistem pelepas panas (misal: jacket pendingin dll.). Pada 
sistem yang lain, pelumas sebagai pelepas panas dari hasil gesekan atau 
kerja mekanik lainnya. 
Anti korosi - Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi 
hasil pembakaran, pelumas bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada 
logam. Adanya uap air dapat juga menyebabkan karat pada besi. Oleh 
sebab itu pelumas harus bisa menanggulangi efek-efek tersebut. 
Pembersih - Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling 
serpihan-serpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil 
degradasi pelumas itu sendiri maupun dari hasil proses pembakaran. Apa 
yang disebut deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau endapan. 
Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah ring 
piston tidak bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat, hal ini bisa 
terjadi jika minyak pelumas tidak mampu mencegah hal ini. Pencegahan 
deposit dan juga dispersi kontaminan termasuk dalam kategori ini. 
Seal - Minyak pelumas seharusnya dapat juga menjadi seal antara piston 
dan silinder (piston ke ring dan ring ke dinding silinder). 
Untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut di atas berdasarkan tinjauan 
ekonomi, pelumas haruslah mempunyai sifat-sifat tertentu sesuai dengan 
alat dimana pelumas itu digunakan. Perlu ada kesesuaian antara 
persyaratan-persyaratan yang saling bertentangan, beberapa batasan 
negatif terangkum sebagai berikut dibawah ini, pelumas tidak boleh: 
Mempunyai viskositas yang terlalu rendah. Hal ini akan memungkinkan 
kontak antara logam dengan logam menyebabkan terjadinya wear serta 
dapat meningkatkan lepasnya/hilangnya pelumas. 
Mempunyai viskositas yang terlalu tinggi. Hal ini akan meningkatkan 
tenaga dan, dalam kasus engine, dapat menyulitkan pada saat start. 
Mempunyai indeks viskositas yang terlalu rendah. Hal ini berarti bahwa 
lapisan film pelumas tidak terlalu tipis pada saat temperatur tinggi 
(atau tidak terlalu tebal pada saat temperatur rendah). 
Terlalu mudah menguap. Tingkat penguapan tinggi (high volatility) akan 
menyebabkan tingkat konsumsi pelumas naik akibat teruapkannya kandungan 
ringan dari pelumas tersebut. 
Berbusa saat digunakan. Jika berbusa, minyak akan kehilangan sifat 
pelumasannya, dan/atau berkurangnya minyak itu sendiri dari engine. 
Menjadi tidak stabil karena terhadap oksidasi ataupun reaksi kimia. 
Pelumas engine ditujukan untuk temperatur tinggi dan juga mencegah 
kontaminasi asam atau zat kimia lainnya. Minyak pelumas haruslah tahan 
terhadap hal ini agar pelumas tersebut tetap awet. 
Merusak komponen sistem emisi, coating ataupun seal. Unjuk kerja 
konverter katalis dapat terdegradasi oleh pelumas yang tidak stabil 
atau menggunakan additive yang tidak sesuai. Beberapa peralatan 
menggunakan cat atau coating dan kebanyakan mempunyai sifat sebagai 
seal. Bahan-bahan ini dapat terdegradasi secara serius oleh pelumas. 
Menghasilkan deposit dari residu. Jika minyak pelumas mengalami 
dekomposisi karena adanya logam yang padas (misalnya; ring dalam suatu 
zona). Kondisi seperti ini dapat menghasilkan produk-produk oksidasi 
yang berpolimerisasi membentuk lapisan kuning atau cokelat yang 
diketahui sebagai "varnish" atau "lacquer". Ini lama-lama akan 
bertambah terus dan kemudian terjadi karbonisasi sehingga menjadi 
Carbon padat. Deposit ini akan menggangu gerak pada bagian yang 
seharusnya bisa secara bebas gerakannnya (misal, ring piston). Selain 
tidak memproduksi deposit pada bagian yang bergerak engine, pelumas 
juga sebaiknya tidak menghasilkan deposit di ruang pembakaran. Ini 
mendorong terjadinya penyulutan awal (pre-ignition). 
Beracun atau bau tak sedap. Hal ini diperlukan untuk kenyamanan dan 
kesehatan pengguna. 
Sangat mahal. Hal ini sering menjadi kendala, bukan karena pelumas yang 
mahal tidakberguna dilihat dari sisi ekonomi pengoperasian engine, 
tetapi karena kompetisi antar penyalur, sehingga beban harga tetap akan 
terkena ke pengguna. 


Link yang relevan :
www.io.ppi-jepang.org/article.php?id=109
www.depkominfo.go.id/library/cap/hasilcari.jsp?method=similar&que ...
www.evalube.com/faq.php

Pengaruh Kondisi Geologi terhadap Kesehatan Masyarakat


Pengaruh Kondisi Geologi terhadap Kesehatan Masyarakat

Kondisi geologi di setiap daerah, khususnya kondisi variasi tipe dan posisi berbatuan penyusun kulit bumi serta mineral-mineral yang terkandung di dalamnya, apabila tersingkap di permukaan bumi dan bereaksi dengan suhu, tekanan udara ataupun terekspos dengan larutan di sekitarnya, akan dapat bereaksi ataupun mengalami proses yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.

Demikian diungkapkan Ir Wawan Budianta, MSc dan Dr Ir Dwikorita Karnawati, MSc dari Laboratorium Geologi Tata Lingkungan Jurusan Teknik Geologi UGM, akhir pekan kemarin. "Pengaruh tersebut bisa menjadi hal yang merugikan atau bahkan menguntungkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang," tandas Dwikorita.

Hal ini sangat menarik dicermati, mengingat konsep yang dikenal dengan medical geology, atau geologi yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, termasuk hal yang baru dan sedang gencar-gencarnya diteliti. Menurutnya, terjadinya pencemaran akibat adanya kegiatan eksploitasi sumber daya mineral atau kegiatan pertambangan di beberapa negara maju, disebabkan oleh kegiatan eksploitasi sumber daya mineral sudah terjadi terlebih dahulu pada waktu yang lalu. "Dari rentetan peristiwa pencemaran tersebut, tampak adanya kontrol atau penga-ruh baik langsung maupun tidak langsung oleh faktor-faktor geologi terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan," terangnya.

Sebagai contoh, sebaran unsur penyusun kulit bumi serta mineral-mineral yang terkandung di dalamnya membawa kerugian bagi manusia adalah di pedalaman Kalimantan. Di sana terdapat sebuah sungai yang bagi masyarakat sekitarnya dianggap sebagai "sungai air kencing setan". Hal ini disebabkan karena apabila ada seseorang minum air sungai tersebut, maka dalam waktu tertentu ia akan jatuh sakit, dan jika ada seseorang yang sedang hamil minum air dari sungai tersebut, maka hampir bisa dipastikan bahwa bayi yang dilahirkan nanti akan cacat.

"Setelah dilakukan pengujian, ternyata diperoleh bahwa keberadaan air sungai tersebut, ternyata unsur arsenik yang melebihi ambang batas yang diperkenankan. Hal tersebut terjadi karena, ternyata mata air di mana sungai tersebut berasal, keluar dari lapisan-lapisan batuan di permukaan bumi di mana lapisan-lapisan batuan tersebut setelah diteliti, adalah jenis batuan sedimen lempung yang memang banyak mengandung unsur-unsur arsen," papar Dwikorita

Contoh lain adalah sebuah kasus di daerah North Dakota, Amerika Serikat. Tanah di sana mengandung unsur selenium yang tinggi. Karena unsur ini berkaitan dengan aktivitas gunung api yang stabilitasnya sangat tergantung pada keasaman tanah, dan hal ini akan dapat membuat tanaman yang tumbuh di sana menjadi bersifat racun jika dikonsumsi oleh manusia.

Contoh kasus lain, yaitu di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Geologi Tata Lingkungan Jurusan Teknik Geologi UGM menunjukkan rata- rata kandungan nitrat pada air tanah di daerah Kota Gede Yogyakarta, telah melampaui ambang batas yang diperkenankan.


Curah Hujan
Menurut Dwikorita, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi kondisi lapisan pembawa air tanah atau kondisi hidrogeologi yang meliputi penyebaran lapisan, karakteristik tanahnya serta kondisi konstruksi septic tank yang ada.

"Curah hujan yang cukup tinggi pada musim hujan akan membuat nitrat yang berasal dan septic tank dengan cepat akan merembes masuk ke dalam air tanah. Dengan memahami hal demikian, maka pembangunan septic tank di daerah ini haruslah ditinjau kembali." tandas dia.

Namun tidak semua faktor-faktor geologi berakibat tidak menguntungkan bagi masyarakat. Sebagai contoh, pada daerah dengan kondisi geologi atau batuan yang banyak mengandung Yodium tidak dijumpa penyakit gondok yang lazim dijumpai di daerah lain. Hal ini diakibatkan karena adanya kandungan Iodine yang cukup pada lapisan batuan, yang Juga berpengaruh dengan cukup tingginya kandungan unsur Yodium pada air tanahnya.

Untuk itu kita dituntut untuk mampu mendeteksi variasi tipe dan sebaran batuan serta karakteristik batuan beserta unsur-unsur yang dikandungnya, agar dapat mengantisipasi atau mencegah dan mengendalikan dampak negatif yang diakibatkan.

"Disinilah pentingnya kita mampu mendeteksi sebaran unsur batuan penyusun kulit bumi serta mineral-mineral yang terkandung di dalamnya, terutama yang diduga akan membawa kerugian bagi manusia. Potensi mekanisme penyebaran unsur-unsur tersebut perlu pula dipetakan dan dianalisis. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan hal yang dapat membawa kerugian bagi manusia dan lingkungannya dapat diantisipasi dengan cepat dan tuntas, " tandas Dwikorita. (ADR/N-5)

Sumber http://www.suarapembaruan.com/News/2004/10/18/index.html